Kamis, 16 Juni 2016

Pengalaman Mengamalkan Mantra Penangkap Ikan Warisan Suku Bajo



  Semua pedagang bahkan para juragan ikan di tempat pelelangan ikan pasti mengenalnya.Maklum,disamping muda,ganteng dan berkulit putih,soni adalah salah satu dari sekian banyak sosok yang memiliki beberapa buah kapal untuk penangkapan ikan.
  Caranya bergaul dan mau bersahabat dengan siapapun,membuat soni sosok yang disegani sekaligus dikenal paling dermawan di tempat ia berusaha maupun di tempat tinggalnya.
  Namun,kehidupan dunia tak pernah ada yang abadi.Sekali di atas,kadang harus pula mau di bawah.Keadaan itulah yang kini terjadi pada soni.Entah kenapa,hasil tangkapan ikannya terus saja menurun,sehingga,beberapa kali terpaksa harus menanggung kerugian yang lumayan besar.
  Ia pernah berbicara dari hati ke hati dengan nahkoda kapalnya.’’Tolong jelaskan dengan jujur,kenapa hasil tangkapan kita terus menurun?’’katanya pada suatu hari.
  Sambil menggeleng-gelengkan kepala,sang nahkoda yang sudah bekerja selama tujuh tahun itu tak mampu menjawabnya,selain hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
  Soni pun kembali mengulang pertanyaannya.Sekali ini,dengan nada lirih,sang nahkoda pun menjawab; ‘’Jujur pak Soni,saya sudah mengarahkan kapal ke tempat-tempat ikan sesuai petunjuk GPS,tetapi ,entah kenapa,yang didapat selalu tak seberapa.’’
  ‘’Apakah ada yang salah pada GPS kita?’’tanya Soni lagi.
  ‘’Saya sudah tanyakan kepada ahlinya,tidak ada yang salah.’’jawab sang nahkoda dengan nada berat.
  ‘’Baiklah kalau begitu,tetap semangat,’’ujar Soni sambil menepuk bahu sang nahkoda ,kemudian berjalan menuju mobilnya.
  Ia pun mengendarai mobilnya menuju ke rumahnya.Beragam pertanyaan menari-nari di benaknya,namun,tak ada satupun yang mampu dijawabnya.Sesampainya di rumah,ia pun duduk sambil menghembuskan napas berat.
  Melihat suaminya pulang,Dewi segera menyiapkan segelas minuman dingin dan duduk di depannya.’’Pa,bagaimana hasil tangkapannya?’’tanya Dewi dengan hati-hati.
  ‘’Masih sama seperti kemarin Ma,’’jawab Soni sambil minum.
‘’Mungkin kita kurang beramal,’’kata Dewi sambil tersenyum.
  Soni hanya tersenyum sambil berkata,kita sedang di coba.Mudah-mudahan Allah segera memberikan jalan yang terbaik pada kita semua.’’
  ‘’Amin...Allahumaamin,’’jawab Dewi.
   Waktu terus berlalu,usaha Soni pun kian terpuruk.Villa dan kebunnya kian tergadai,bahkan,dua dari empat kapalnya pun sudah di agunkan untuk sekedar menutup biaya operasional keempat kapalnya yang tetap saja melaut.
  Hingga pada suatu hari,sang nahkoda kapal yang bernama Harun menemuinya.
‘’Bapak,saya mohon izin beberapa hari untuk pulang karena ibu saya sakit keras.’’
‘’Ow...semoga ibu Abang cepat sembuh.Dan saya hanya bisa membantu sedikit buat sekedar ongkos dan oleh-oleh,’’kata Soni sambil membuka laci mejanya untuk mengambil sejumlah uang dan menyerahkannya kepada Harun.
  Harun menerima pemberian tulus Soni dengan mata berkaca-kaca.Dengan tersendat ia pun berkata,’’Maaf,belakangan saya ini berdosa karena tidak mendapatkan hasil sebagaimana yang Bapak harapkan.Tetapi jika kembali nanti,apakah saya masih bisa bekerja dengan bapak?’’
  Soni tersenyum sambil berkata,’’Abang sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri.Setelah ibu sehat,segeralah kembali dan bekerja seperti biasa’’.
  Terimakasih Pak,’’kata Harun yang langsung mohon diri untuk kembali ke kampung halamannya di makasar.
  Singkat kata,sesampainya di rumah,Harun melihat sang ibu telah berangsur sehat.Ia langsung bersimpuh dikaki sang ibu sambil meminta maaf karena sudah lima bulan tak pernah menjenguknya barang sekalipun.Sang ibu yang mafum dengan keadaan anaknya langsung memeluk sang buah hati dengan erat.Keduanya pun bertangisan untuk sekadar melepas rindu.
  Dua hari kemudian,tanpa sengaja Harun melihat Ridwan,sahabatnya ketika SMA melintas di depan rumahnya.Harun pun memanggil,’’Ridwan....!’’
‘’  Ah...engkau rupanya,kapan datang?’’tanya Ridwan sambil menggenggam tangan Harun erat.
  ‘’Kemaarin ,aku sengaja izin untuk menengok ibu,’’kata Harun sambil mendesak Ridwan untuk singgah barang sebentar.
  Singkat kata,keduanya langsung terlibat dalam pembicaraan yang hangat.Cerita-cerita kenakalan semasa kecil langsung saja terlontar silih berganti dari mulut keduanya.Gelak tawapun langsung terdengar.
  ‘’Kudengar sekarang jadi nahkoda kapal penangkap ikan?’’tanya Ridwan.
‘’Benar tapi belakangan,hasilnya tidak pernah memadai.Rugi terus,aku kasihan sama Pak Soni,’’keluh Harun.
‘’Siapa?’’Tanya Ridwan penasaran.
‘’Bos...orangnya baik,untung maupun rugi di tanggung sama-sama.Itulah yang membuat kami seolah keluarga,’’jawab Harun singkat.
  ‘’Dahulu,waktu SMA,siapa yang bisa menang melawan aku kalau mancing?’’Tanya Ridwan dengan bangga sambil mengingat masa itu.
‘’Ha...ha...ha...mulai menyombongkan diri lagi,’’tukas Harun dengan nada sengit.
‘’Bukan itu,aku menang karena tiap memancing selalu menggunakan mantra warisan dari sahabat ayahku yang orang bajo,’’kata Ridwan dengan nada sungguh-sungguh.
  ‘’Hah...,’’hanya itu yang terlontar dari mulut Harun.
‘’Jika engkau bersedia,aku akan pulang untuk mengambil catatannya.Karena,mantra untuk memancing dan menjaring berbeda,’’ujar Ridwan sambil berdiri.
  ‘’Oh silakan,nanti aku akan ke rumahmu,’’kata Harun.
  ‘’Tidak usah usai maghrib aku akan datang kesini,’’jawab Ridwan dengan mantap.Singkat kata,usai maghrib.kedua sahabat itu kembali duduk bersama di rumah Harun.Dari dalam sakunya, Ridwan mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan;
Bismillahirrahmanirrahim.
Oh dayah,
Kau palikka tannu,
Tikka ma jabal nur,
Kau nabinu nabi nun,
Anu teo patutukunu.
‘’Ketika akan memasang pukat,bacalah mantra itu penuh keyakinan kepada Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik bagimu,’’kata Ridwan dengan penuh keyakinan.
  ‘’Baik..akan kujalankan petunjukmu ini dengan seksama.Tapi,bagaimana jika mantra ini kuberikan kepada mereka yang bertugas memasang pukat?’’tanya Harun harap-harap cemas.
  ‘’Silakan saja dan berikan hanya kepada yang engkau percayai,’’kata Ridwan mengingatkan.
Akhirnya menjelang tengah malam,keduanya pun berpisah.Apalagi,esoknya Harun harus segera kembali ke Jakarta untuk bekerja.
  Dua hari kemudian,Harun sudah kembali melaut.Kali ini,hatinya benar-benar mantap.Ia yakin Tuhan pasti memberikan cobaan sebatas kemampuan umatnya dalam memikul.
  Di tempat yang di anggap benar-benar tepat,para pemasang pukat mulai menjalankan aksinya.Sementara kapal berlayar dengan perlahan.Seiring dengan terbitnya sang mentari di ufuk timur,kesibukan pun mulai terjadi.Seluruh anak buah kapal pun sibuk dengan tugasnya masing-masing.
  Tak lama kemudian,terdengar teriakan gaduh;’’Subhanallah...luar biasa...bukan main...!’’
  Harun segera memerintahkan asistennya untuk mencari tahu.Tak lama kemudian,sang asisten kembali sambil berkata;’’tangkapan kita hari ini benar-benar luar biasa.’’
Harun segera melakukan sujud syukur dan langsung menghubungi Pak Soni.
‘’Assalamualaikum...berkoat Doa Bapak dan semua keluarga,tangkapan kita hari ini benar-benar memuaskan.’’

You May Also Like

Subscribe by Email

Pengalaman Mengamalkan Mantra Penangkap Ikan Warisan Suku Bajo
4/ 5
Oleh