Belakangan ini saluran TV Beijing mengulas lagi program Seputar Kehidupan memberitakan kasus ibu tua Xianghe dengan jenazah tidak membusuk yang pernah menggemparkan seluruh negeri. Sampai sekarang ibu tua tersebut sudah meninggal selama 24 tahun. Jenazahnya tetap tidak membusuk. Rambut putihnya pun tidak rontok.
Ibu tua dari wilayah Xianghe ini bernama Zhou Fengchen dari desa Hu Chuang Zi, kota Shuyang, kabupaten Xianghe di provinsi Hebei, Tiongkok. Semasa hidup dan setelah kematiannya dia telah meninggalkan misteri yang belum terungkap. Pada waktu itu banyak media domestik telah melakukan pemberitaan yang rinci.
Melakukan suatu hal besar yang menggemparkan seluruh negeri
Namun kali ini stasiun TV Beijing justru memberitakan lebih dahulu perilaku yang abnormal dari ibu tua Zhou Fengchen sebelum meninggal dunia. Setelah tahun baru Imlek 1992, ibu tua yang telah menetap selama 16 tahun di rumah Yang Shoude putra sulungnya berkali-kali minta kembali ke Xianghe, tapi pihak anak dan cucu berusaha mencegahnya dengan berbagai cara. Sampai akhirnya tiba Agustus, benar-benar tidak lagi bisa dicegah baru sang ibu tua itu dibawa pulang untuk kembali tinggal di kampung halamannya.
Awal November, ibu tua ini pernah menginap sebentar di rumah sakit, kemudian memaksa untuk dipulangkan. Setelah itu, ibu tua tersebut kelihatannya mulai secara sadar mengadakan persiapan fisik dan psikologis sepenuhnya agar tubuhnya tidak membusuk. Mulai dari minum air, makan lauk kering, berpuasa, muntah, buang air, pengeluaran dahak sampai pembersihan mulut, membersihkan tubuh, seluruh proses sangat teratur, yang berlangsung selama lebih dari 20 hari. Kemudian kembali lagi ke Beijing.
Malam hari, 24 November, ibu tua dalam kondisi kesadaran penuh mencabut sendiri selang oksigen kemudian berkata, ”Saya akan tidur, tidak memerlukannya lagi.”
Kemudian dengan tenang memejamkan sepasang mata, napas dan detak jantungnyapun berhenti, pada usia 88 tahun.
Sedangkan seingat Yang Xueqiang, seorang cucu dari ibu tua tersebut, ibu tua itu berkata kepadanya, “Kasus saya bakal buat heboh, bukan hanya Xianghe yang harus diberitahu, seluruh Tiongkok juga harus diberitahu, dan yang terakhir biarlah seluruh dunia mengetahuinya”.
Pada saat itu Yang belum mengerti benar maksud dari kata-kata ibu tua itu, sampai setelah kejadian-kejadian aneh yang muncul sesudah sang ibu tua itu meninggal dunia.
Keajaiban-keajaiban setelah meninggal dunia
Menurut pengungkapan media dan stasiun TV Beijing masa awal, setelah ibu tua Zhou Fengchen meninggal dunia, tubuhnya tidak seperti orang biasa yang dengan cepat menjadi dingin dan mengeras, melainkan seperti sedang tidur biasa. Air mukanya tenang damai.
Dalam keadaan normal, manusia yang meninggal dunia setelah kira-kira dua jam suhu tubuhnya akan menurun. Pada jenazah akan nampak gejala-gejala kekakuan otot (rigor mortis) dan bintik-bintik hijau tanda kelapukan dan lain-lain, namun kejadian ini tidak muncul pada jenazah ibu tua tersebut.
Ujung jari ibu tua itu memerah, menandakan cairan darah tidak membeku. Tujuh hari kemudian, lengannya masih dapat digerakkan, tubuh mulai muncul fenomena pengisian udara, sehari kemudian. Seluruh tubuh berbentuk seperti kantung udara.
Setelah itu, kulit tubuh koyak sebagian, dan mengeluarkan cairan merah yang tidak berbau dalam jumlah besar, kemudian sejalan dengan dikeluarkannya cairan secara terus menerus, tubuh yang menggelembung berangsur-angsur berkurang. Sampai 25 Desember, cairan yang dikeluarkan pada dasarnya telah habis, tubuh telah pulih ke dalam bentuk asalnya. 30 Desember, keluarga ibu tua menggantikan pakaian yang basah dirembesi cairan.
Kira-kira satu bulan setelah meninggalnya ibu tua, tangan putri ibu tua dan dua orang rekan kerja Yang Xueqiang dengan tidak disengaja menyentuh tubuh ibu tua, tangan mereka segera menjadi harum.
Ada yang tangan kiri menyentuh, ada yang tangan kanan menyentuh, yang tangan kiri menyentuh tangan kirinya berbau harum, yang tangan kanan menyentuh tangan kanannya berbau harum, tangan lainnya tidak harum. Bau harum ini bukanlah bau harum kosmetik biasa, melainkan harum sedap yang samar-samar. Bau harum berlangsung terus selama satu bulan, dicucipun tidak hilang.
Setelah tahun baru 1993, tubuh ibu tua tersebut mulai mengeluarkan sekresi berminyak. Enam bulan kemudian sekresinya mulai berkurang secara berangsur. Ketika waktu memasuki 2016, tubuh Zhou Fengchen sang ibu tua tetap tidak menunjukkan gejala pembusukan. Dan semuanya ini belum mampu dijelaskan oleh kalangan ilmuwan masa ini. Tepat seperti yang diramalkan olehnya, dia telah menggemparkan seluruh Tiongkok, juga telah menarik perhatian dunia.
Mengetahui terlebih dahulu yang akan terjadi setelah kematiannya
Menurut sebuah sumber dari orang dalam yang pernah menengok jenazah ibu tua dari luar jendela.
Pada waktu itu sang ibu tua sudah meninggal selama tiga tahun, putra ibu tua itu berkata, “Menjelang meninggal, ibu berpesan, agar keluarga melepaskan seluruh pakaian ditubuhnya, menggunakan tikar dari lempengan bambu menutupi dirinya dan meletakkannya di atas kang (tempat tidur yang terbuat dari batu bata yang dapat dihangatkan dengan api), dan bahwa dirinya telah mencapai taraf kedewaan, setelah meninggal dunia tubuhnya tidak akan membusuk, tidak boleh dimasukkan ke dalam peti mati, dan lain sebagainya……”
Karena merasa ibunya setelah meninggal dibiarkan bertelanjang dan hanya dibungkus dengan tikar bambu tidaklah memenuhi norma bakti, namun berhubung menjelang wafat seluruh ruangan dipenuhi bau harum, putra putri ibu tua itu pun tidak berani melanggar pesan, maka dibiarkan tetap seperti kondisi itu. Banyak sekali saksi yang mengetahui hal tersebut.
Selain itu, sang ibu tua ketika menjalani perawatan di rumah sakit, pernah kelepasan berkata pada putri bungsunya, ”Abang sulungmu sebentar lagi akan datang.”
Baru saja diucapkan lima menit, Yang Shoude putra sulung ibu tua benar-benar telah kembali dari Beijing. Sedangkan ketika keluarga berniat menghibur ibu tua dengan mengatakan bahwa sang cucu sebentar lagi akan tiba, ibu tua menggelengkan kepalanya dan berkata, ”Dia besok baru bisa datang!”
Ternyata keesokan harinya, sang cucu dengan terburu-buru baru datang dari Xuzhou. Di tengah malam lima hari menjelang wafatnya ibu tua, dalam perjalanan dari Xianghe kembali ke Beijing. Ibu tua berbaring dalam mobil dengan ditutupi selimut, tetapi mobil telah berjalan sampai dimana pun dia mengetahui dengan jelas dan yang dikatakannya semuanya tepat.
Sedangkan dalam hal mempertahankan tubuhnya, sang ibu tua masih menunjukkan kemampuan memprediksinya. Yang Xueqiang mengatakan, ketika ibunya berhenti bernapas, mereka sama sekali belum mengetahui apa yang dimaksud dengan jasad bodhisatwa (sebutan di kalangan buddhis tentang jasad yang tidak hancur) yang tidak akan membusuk.
Sampai pada hari ke 15 setelah meninggal, sepulang dari bekerja ia berbincang di rumah seorang rekan kerja dan melihat di atas meja terdapat setumpuk surat kabar, sambil lalu ia mengambil satu eksemplar. Terbaca berita tentang jasad tidak membusuk dari seorang bhiksu Daxing dari gunung Jiuhua.
Dilihatnya berita tersebut sangat mirip dengan keadaan neneknya, lalu ia bergegas pulang menunjukkannya kepada keluarga di rumah. Barulah mengetahui bahwa ibu mereka mungkin sudah menjadi jasad bodhisatwa Maka timbullah pikiran untuk menyimpan jenazah ibu tua tersebut.
Yang Xueqiang mengunjungi Institut Riset Sains Tubuh Manusia Tiongkok. Institut itu lantas mengutus seorang profesor yang beragama Buddha untuk membawa rombongannya ke sana. Profesor itu mengatakan bahwa sang ibu tua mengandalkan kultivasi diri sendiri yang telah mencapai tingkatan spiritual sangat tinggi.
Pada akhir abad XX di Tiongkok telah muncul seorang ibu tua seperti ini, merupakan kejadian yang langka dan membanggakan. Kemudian, pihak Institut mengeluarkan maklumat perihal perlindungan jasad bodhisatwa ibu tua tersebut. Pada pagi hari itu Yang Xueqiang bermimpi, sang nenek berkata kepadanya, agar dimulai dengan hari itu, mereka tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dalam mengurus hal-hal yang berhubungan dengan dirinya.
Jelaslah, ibu tua yang bernama asli: Zhou Fengchen itu sudah mengetahui sebelumnya bahwa jika dia harus tetap tinggal di pedesaan. Menurut adat di daerah pedesaan, dua atau tiga hari sesudahnya harus dikebumikan. Sedangkan di Beijing, jenazah dapat disimpan melalui cara ini.
Dalam pengurusan oleh pihak Departemen Penelitian Ilmiah dan pemerintah setempat, keluarga Yang tidak mengkremasi sang ibu tua, bahkan pada 5 Juli 1993 malam diangkut kembali dan disemayamkan di kampung halaman Xianghe.
Selain kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi, semasa hidupnya ibu tua juga memiliki kemampuan semacam sensor, misalnya setelah dia tinggal di Beijing, dia mengetahui semua yang terjadi di desa kampung halamannya. Bahkan kadang-kadang jika ada seorang kerabat dari desa yang akan ke Beijing menjenguknya, di pagi hari dia sudah mengetahui, dan berpesan agar menyisakan nasi karena siang ini akan ada tamu yang datang serta dipastikan datang, maka hari itu orang yang dimaksud benar-benar datang, sangat tepat sekali. Sumber: http://forum.viva.co.id/indeks/forums/misteri.282/
Ibu tua dari wilayah Xianghe ini bernama Zhou Fengchen dari desa Hu Chuang Zi, kota Shuyang, kabupaten Xianghe di provinsi Hebei, Tiongkok. Semasa hidup dan setelah kematiannya dia telah meninggalkan misteri yang belum terungkap. Pada waktu itu banyak media domestik telah melakukan pemberitaan yang rinci.
Melakukan suatu hal besar yang menggemparkan seluruh negeri
Namun kali ini stasiun TV Beijing justru memberitakan lebih dahulu perilaku yang abnormal dari ibu tua Zhou Fengchen sebelum meninggal dunia. Setelah tahun baru Imlek 1992, ibu tua yang telah menetap selama 16 tahun di rumah Yang Shoude putra sulungnya berkali-kali minta kembali ke Xianghe, tapi pihak anak dan cucu berusaha mencegahnya dengan berbagai cara. Sampai akhirnya tiba Agustus, benar-benar tidak lagi bisa dicegah baru sang ibu tua itu dibawa pulang untuk kembali tinggal di kampung halamannya.
Awal November, ibu tua ini pernah menginap sebentar di rumah sakit, kemudian memaksa untuk dipulangkan. Setelah itu, ibu tua tersebut kelihatannya mulai secara sadar mengadakan persiapan fisik dan psikologis sepenuhnya agar tubuhnya tidak membusuk. Mulai dari minum air, makan lauk kering, berpuasa, muntah, buang air, pengeluaran dahak sampai pembersihan mulut, membersihkan tubuh, seluruh proses sangat teratur, yang berlangsung selama lebih dari 20 hari. Kemudian kembali lagi ke Beijing.
Malam hari, 24 November, ibu tua dalam kondisi kesadaran penuh mencabut sendiri selang oksigen kemudian berkata, ”Saya akan tidur, tidak memerlukannya lagi.”
Kemudian dengan tenang memejamkan sepasang mata, napas dan detak jantungnyapun berhenti, pada usia 88 tahun.
Sedangkan seingat Yang Xueqiang, seorang cucu dari ibu tua tersebut, ibu tua itu berkata kepadanya, “Kasus saya bakal buat heboh, bukan hanya Xianghe yang harus diberitahu, seluruh Tiongkok juga harus diberitahu, dan yang terakhir biarlah seluruh dunia mengetahuinya”.
Pada saat itu Yang belum mengerti benar maksud dari kata-kata ibu tua itu, sampai setelah kejadian-kejadian aneh yang muncul sesudah sang ibu tua itu meninggal dunia.
Keajaiban-keajaiban setelah meninggal dunia
Menurut pengungkapan media dan stasiun TV Beijing masa awal, setelah ibu tua Zhou Fengchen meninggal dunia, tubuhnya tidak seperti orang biasa yang dengan cepat menjadi dingin dan mengeras, melainkan seperti sedang tidur biasa. Air mukanya tenang damai.
Dalam keadaan normal, manusia yang meninggal dunia setelah kira-kira dua jam suhu tubuhnya akan menurun. Pada jenazah akan nampak gejala-gejala kekakuan otot (rigor mortis) dan bintik-bintik hijau tanda kelapukan dan lain-lain, namun kejadian ini tidak muncul pada jenazah ibu tua tersebut.
Ujung jari ibu tua itu memerah, menandakan cairan darah tidak membeku. Tujuh hari kemudian, lengannya masih dapat digerakkan, tubuh mulai muncul fenomena pengisian udara, sehari kemudian. Seluruh tubuh berbentuk seperti kantung udara.
Setelah itu, kulit tubuh koyak sebagian, dan mengeluarkan cairan merah yang tidak berbau dalam jumlah besar, kemudian sejalan dengan dikeluarkannya cairan secara terus menerus, tubuh yang menggelembung berangsur-angsur berkurang. Sampai 25 Desember, cairan yang dikeluarkan pada dasarnya telah habis, tubuh telah pulih ke dalam bentuk asalnya. 30 Desember, keluarga ibu tua menggantikan pakaian yang basah dirembesi cairan.
Kira-kira satu bulan setelah meninggalnya ibu tua, tangan putri ibu tua dan dua orang rekan kerja Yang Xueqiang dengan tidak disengaja menyentuh tubuh ibu tua, tangan mereka segera menjadi harum.
Ada yang tangan kiri menyentuh, ada yang tangan kanan menyentuh, yang tangan kiri menyentuh tangan kirinya berbau harum, yang tangan kanan menyentuh tangan kanannya berbau harum, tangan lainnya tidak harum. Bau harum ini bukanlah bau harum kosmetik biasa, melainkan harum sedap yang samar-samar. Bau harum berlangsung terus selama satu bulan, dicucipun tidak hilang.
Setelah tahun baru 1993, tubuh ibu tua tersebut mulai mengeluarkan sekresi berminyak. Enam bulan kemudian sekresinya mulai berkurang secara berangsur. Ketika waktu memasuki 2016, tubuh Zhou Fengchen sang ibu tua tetap tidak menunjukkan gejala pembusukan. Dan semuanya ini belum mampu dijelaskan oleh kalangan ilmuwan masa ini. Tepat seperti yang diramalkan olehnya, dia telah menggemparkan seluruh Tiongkok, juga telah menarik perhatian dunia.
Mengetahui terlebih dahulu yang akan terjadi setelah kematiannya
Menurut sebuah sumber dari orang dalam yang pernah menengok jenazah ibu tua dari luar jendela.
Pada waktu itu sang ibu tua sudah meninggal selama tiga tahun, putra ibu tua itu berkata, “Menjelang meninggal, ibu berpesan, agar keluarga melepaskan seluruh pakaian ditubuhnya, menggunakan tikar dari lempengan bambu menutupi dirinya dan meletakkannya di atas kang (tempat tidur yang terbuat dari batu bata yang dapat dihangatkan dengan api), dan bahwa dirinya telah mencapai taraf kedewaan, setelah meninggal dunia tubuhnya tidak akan membusuk, tidak boleh dimasukkan ke dalam peti mati, dan lain sebagainya……”
Karena merasa ibunya setelah meninggal dibiarkan bertelanjang dan hanya dibungkus dengan tikar bambu tidaklah memenuhi norma bakti, namun berhubung menjelang wafat seluruh ruangan dipenuhi bau harum, putra putri ibu tua itu pun tidak berani melanggar pesan, maka dibiarkan tetap seperti kondisi itu. Banyak sekali saksi yang mengetahui hal tersebut.
Selain itu, sang ibu tua ketika menjalani perawatan di rumah sakit, pernah kelepasan berkata pada putri bungsunya, ”Abang sulungmu sebentar lagi akan datang.”
Baru saja diucapkan lima menit, Yang Shoude putra sulung ibu tua benar-benar telah kembali dari Beijing. Sedangkan ketika keluarga berniat menghibur ibu tua dengan mengatakan bahwa sang cucu sebentar lagi akan tiba, ibu tua menggelengkan kepalanya dan berkata, ”Dia besok baru bisa datang!”
Ternyata keesokan harinya, sang cucu dengan terburu-buru baru datang dari Xuzhou. Di tengah malam lima hari menjelang wafatnya ibu tua, dalam perjalanan dari Xianghe kembali ke Beijing. Ibu tua berbaring dalam mobil dengan ditutupi selimut, tetapi mobil telah berjalan sampai dimana pun dia mengetahui dengan jelas dan yang dikatakannya semuanya tepat.
Sedangkan dalam hal mempertahankan tubuhnya, sang ibu tua masih menunjukkan kemampuan memprediksinya. Yang Xueqiang mengatakan, ketika ibunya berhenti bernapas, mereka sama sekali belum mengetahui apa yang dimaksud dengan jasad bodhisatwa (sebutan di kalangan buddhis tentang jasad yang tidak hancur) yang tidak akan membusuk.
Sampai pada hari ke 15 setelah meninggal, sepulang dari bekerja ia berbincang di rumah seorang rekan kerja dan melihat di atas meja terdapat setumpuk surat kabar, sambil lalu ia mengambil satu eksemplar. Terbaca berita tentang jasad tidak membusuk dari seorang bhiksu Daxing dari gunung Jiuhua.
Dilihatnya berita tersebut sangat mirip dengan keadaan neneknya, lalu ia bergegas pulang menunjukkannya kepada keluarga di rumah. Barulah mengetahui bahwa ibu mereka mungkin sudah menjadi jasad bodhisatwa Maka timbullah pikiran untuk menyimpan jenazah ibu tua tersebut.
Yang Xueqiang mengunjungi Institut Riset Sains Tubuh Manusia Tiongkok. Institut itu lantas mengutus seorang profesor yang beragama Buddha untuk membawa rombongannya ke sana. Profesor itu mengatakan bahwa sang ibu tua mengandalkan kultivasi diri sendiri yang telah mencapai tingkatan spiritual sangat tinggi.
Pada akhir abad XX di Tiongkok telah muncul seorang ibu tua seperti ini, merupakan kejadian yang langka dan membanggakan. Kemudian, pihak Institut mengeluarkan maklumat perihal perlindungan jasad bodhisatwa ibu tua tersebut. Pada pagi hari itu Yang Xueqiang bermimpi, sang nenek berkata kepadanya, agar dimulai dengan hari itu, mereka tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dalam mengurus hal-hal yang berhubungan dengan dirinya.
Jelaslah, ibu tua yang bernama asli: Zhou Fengchen itu sudah mengetahui sebelumnya bahwa jika dia harus tetap tinggal di pedesaan. Menurut adat di daerah pedesaan, dua atau tiga hari sesudahnya harus dikebumikan. Sedangkan di Beijing, jenazah dapat disimpan melalui cara ini.
Dalam pengurusan oleh pihak Departemen Penelitian Ilmiah dan pemerintah setempat, keluarga Yang tidak mengkremasi sang ibu tua, bahkan pada 5 Juli 1993 malam diangkut kembali dan disemayamkan di kampung halaman Xianghe.
Selain kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi, semasa hidupnya ibu tua juga memiliki kemampuan semacam sensor, misalnya setelah dia tinggal di Beijing, dia mengetahui semua yang terjadi di desa kampung halamannya. Bahkan kadang-kadang jika ada seorang kerabat dari desa yang akan ke Beijing menjenguknya, di pagi hari dia sudah mengetahui, dan berpesan agar menyisakan nasi karena siang ini akan ada tamu yang datang serta dipastikan datang, maka hari itu orang yang dimaksud benar-benar datang, sangat tepat sekali. Sumber: http://forum.viva.co.id/indeks/forums/misteri.282/
Subscribe by Email
Misteri Jenazah 24 Tahun Tidak Membusuk
4/
5
Oleh
Asyifa Indania