Hantu Kemamang - Bagi teman-teman yang tinggal di luar jawa pasti sangat asing dengan nama hantu kemamang. Cerita hantu kemamang paling seram ini sebenarnya sudah terjadi cukup lama dimana di daerah saya dulu masih sangat rimbun dan belum banyak penerangan jalan seperti saat ini. Kisah ini bermula saat saya dan teman-teman tengah bermain di malam hari, kalau gak salah waktu itu kami tengah liburan sehabis Tes Hasil Belajar (THB).
Oh iya sebelumnya perlu teman-teman ketahui jika hantu kemamang adalah salah satu perwujudtan makhluk gaib yang identik dengan nyala api yang melayang di udara. Biasanya penampakan hantu ini terlihat melayang dari kejauhan dan mendekati seseorang atau menyelinap dari satu pohon ke pohon lain. Menurut saya pribadi hantu ini sejenis banaspati yang sangat terkenal di wilayah jawa tengah.
Ada persamaan antara banaspati dan kemamang, kedua makhluk misterius tersebut sama-sama mengeluarkan kobaran api ketika menampakan dirinya. Entah apa tujuan dari makhluk tersebut yang jelas masyarakat Blitar Jawa Timur sangat takut jika melihat hantu berwujud bola api ini.
Jika beberapa cerita banaspati mengisahkan tentang wujud lain dari penampakan bola api tersebut sebagaimana cerita hantu paling seram yang telah dituliskan dalam kisah misteri api gaib teror warga gunungkidul namun kalau kemamang sedikit lebih santun. Belum pernah ada yang mengaku mengalami kebakaran maupun terluka karena ulah dari makhluk misterius ini.
Kembali ke cerita yang pernah saya alami sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dulu saat saya dan teman-teman kurang lebih sekitar 5 anak bermain petak umpet di pekarangan. Ceritanya malam itu saya sedang apes-apesnya, hampir satu jam kami bermain petak umpet selama itu pula saya berjaga untuk mencari teman-teman yang bersembunyi.
Entah jam berapa kejadian itu terjadi saya sudah lupa, seingat saya malam itu suasana memang agak berbeda dengan biasanya karena bulan purnama terlihat sangat terang menerangi bumi di celah rimbunnya pekarangan samping rumah Indra.
Saya sudah sangat capek dan sedikit emosi ketika menghadapi kenyataan untuk selalu berjaga dan mencari keempat teman saya. Singkatnya sebelum penampakan hantu kemamang ini terjadi teman-teman saya tengah bersembunyi semuanya dan baru Didin yang berhasil saya temukan.
Perlahan saya pun menyatroni seluruh sudut pekarangan bahkan hingga di balik pepohonan besar yang terdapat di pekarangan itu. Saya curiga dengan rumpun pohon pisang yang dari tadi bergerak-gerak seolah ada salah satu teman saya yang sembunyi di sana. Namun ketika hendak mendekati rumpun pohon pisang itu bulu kuduk saya merinding sehingga niatan itu harus saya urungkan.
Tak lama dari perasaan takut itu muncul tiba-tiba rumpun pohon bambu bergerak dengan kencang meskipun angin di sekitar tak terlihat menggerakkan ranting pepohonan lain. Melihat kenyataan tersebut secara reflek saya mendekati rumpun pohon bambu dan berharap mendapati salah satu teman yang sembunyi di sana.
Namun apes lagi selain gak ada siapa-siapa di rumpun bambu tersebut saya melihat penampakan hantu kemamang yang melayang seolah ingin menghampiri saya.
Tanpa aba-aba saya pun lari sprint sekencang-kencangnya karena sangat ngeri dengan penampakan bola api tersebut. Sementara itu Didin yang melihat saya berlari mengira saya marah karena dari tadi berjaga terus.
Sesampainya di rumah saya bergegas masuk dan menutup pintu, tak lama dari itu Indra, Didin dan yang lainnya mendatangiku ke rumah dan bertanya perihal alasan saya pulang tanpa bilang-bilang.
Saat itu baru saya bercerita ke teman-teman alasan saya pulang dengan lari terbirit-birit kayak orang kebelet saja. Setelah mendengar cerita hantu kemamang paling seram yang saya ceritakan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing dan tidak melanjutkan permainan petak umpet. Itulah cerita hantu paling seram yang pernah saya alami waktu kecil dulu.
Jika saya mengingat masa kecil dulu seolah ingin kembali memutar waktu dan menghabiskan masa kecil bersama sahabat-sahabat. Salah satu kebiasaan yang tidak dapat saya lupakan waktu kecil dulu ialah saat bermain petak umpet di kebun samping rumah Indra salah satu temenku. Hampir tiap malam minggu atau malam-malam saat libur sekolah saya dan teman-teman kerap bermain di pekarangan tersebut. Anehnya meskipun kami dulu banyak sekali mengalami kejadian mistis yang berkaitan dengan hantu dan makhluk halus namun tak ada satupun yang kapok akan kejadian tersebut. Salah satu pengalaman yang paling seram seingat saya waktu ada penampakan hantu kemamang melayang di udara mendekati tempat kami bermain petak umpet.Baca Juga: Hantu Jepang Hanako Penghuni Toilet Sekolah
Oh iya sebelumnya perlu teman-teman ketahui jika hantu kemamang adalah salah satu perwujudtan makhluk gaib yang identik dengan nyala api yang melayang di udara. Biasanya penampakan hantu ini terlihat melayang dari kejauhan dan mendekati seseorang atau menyelinap dari satu pohon ke pohon lain. Menurut saya pribadi hantu ini sejenis banaspati yang sangat terkenal di wilayah jawa tengah.
Ada persamaan antara banaspati dan kemamang, kedua makhluk misterius tersebut sama-sama mengeluarkan kobaran api ketika menampakan dirinya. Entah apa tujuan dari makhluk tersebut yang jelas masyarakat Blitar Jawa Timur sangat takut jika melihat hantu berwujud bola api ini.
Jika beberapa cerita banaspati mengisahkan tentang wujud lain dari penampakan bola api tersebut sebagaimana cerita hantu paling seram yang telah dituliskan dalam kisah misteri api gaib teror warga gunungkidul namun kalau kemamang sedikit lebih santun. Belum pernah ada yang mengaku mengalami kebakaran maupun terluka karena ulah dari makhluk misterius ini.
Kembali ke cerita yang pernah saya alami sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dulu saat saya dan teman-teman kurang lebih sekitar 5 anak bermain petak umpet di pekarangan. Ceritanya malam itu saya sedang apes-apesnya, hampir satu jam kami bermain petak umpet selama itu pula saya berjaga untuk mencari teman-teman yang bersembunyi.
Entah jam berapa kejadian itu terjadi saya sudah lupa, seingat saya malam itu suasana memang agak berbeda dengan biasanya karena bulan purnama terlihat sangat terang menerangi bumi di celah rimbunnya pekarangan samping rumah Indra.
Saya sudah sangat capek dan sedikit emosi ketika menghadapi kenyataan untuk selalu berjaga dan mencari keempat teman saya. Singkatnya sebelum penampakan hantu kemamang ini terjadi teman-teman saya tengah bersembunyi semuanya dan baru Didin yang berhasil saya temukan.
Perlahan saya pun menyatroni seluruh sudut pekarangan bahkan hingga di balik pepohonan besar yang terdapat di pekarangan itu. Saya curiga dengan rumpun pohon pisang yang dari tadi bergerak-gerak seolah ada salah satu teman saya yang sembunyi di sana. Namun ketika hendak mendekati rumpun pohon pisang itu bulu kuduk saya merinding sehingga niatan itu harus saya urungkan.
Tak lama dari perasaan takut itu muncul tiba-tiba rumpun pohon bambu bergerak dengan kencang meskipun angin di sekitar tak terlihat menggerakkan ranting pepohonan lain. Melihat kenyataan tersebut secara reflek saya mendekati rumpun pohon bambu dan berharap mendapati salah satu teman yang sembunyi di sana.
Namun apes lagi selain gak ada siapa-siapa di rumpun bambu tersebut saya melihat penampakan hantu kemamang yang melayang seolah ingin menghampiri saya.
Tanpa aba-aba saya pun lari sprint sekencang-kencangnya karena sangat ngeri dengan penampakan bola api tersebut. Sementara itu Didin yang melihat saya berlari mengira saya marah karena dari tadi berjaga terus.
Sesampainya di rumah saya bergegas masuk dan menutup pintu, tak lama dari itu Indra, Didin dan yang lainnya mendatangiku ke rumah dan bertanya perihal alasan saya pulang tanpa bilang-bilang.
Saat itu baru saya bercerita ke teman-teman alasan saya pulang dengan lari terbirit-birit kayak orang kebelet saja. Setelah mendengar cerita hantu kemamang paling seram yang saya ceritakan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing dan tidak melanjutkan permainan petak umpet. Itulah cerita hantu paling seram yang pernah saya alami waktu kecil dulu.
Subscribe by Email
Cerita Hantu Kemamang Paling Seram
4/
5
Oleh
Asyifa Indania