Ritual pesugihan gunung kawi tengah santer dibicarakan masyarakat Indonesia baik dari mulut ke mulut hingga ke berbagai media seperti televisi, internet, maupun surat kabar. Bagaimana tidak sebuah gunung yang berada di wilayah Malang, Jawa Timur ini kerap kali didatangi para peziarah yang datang dari berbagai tempat baik dari dalam negeri maupun luar negeri baik dengan niat untuk benar-benar berziarah maupun untuk suatu laku dan ritual mencari pesugihan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kebenaran dan asal usul cerita dan berita tersebut tim lingkar misteri telah menyusun informasi yang dapat Anda baca di bawah ini.
Letak Gunung Kawi
Sebagai salah satu tempat wisata andalah di Malang gunung yang memiliki ketinggian lebih dari 2.500 meter dibawah permukaan laut tersebut memang cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat luas untuk sekedar berekreasi maupun untuk berziarah di sebuah makam yang terletak di obyek wisata tersebut.
Kehidupan masyarakat di sekitar lereng gunung kawi memang cukup maju, hal ini dapat kita lihat dari majunya kegiatan ekonomi di wilayah tersebut, tak heran jika banyak orang menjulukinya kota di pegunungan. Deretan penginapan berupa hotel dan motel juga dapat dengan mudah kita jumpai disepanjang jalan menuju obyek wisata yang tentunya sangat memanjakan bagi para pengunjung yang bermalam di wilayah tersebut.
Keramaian dan kemajuan kegiatan perekonomian lereng kawi seperti pedagang asongan, mini market, toko oleh-oleh dan lain sebagainya juga dapat menggambarkan betapa majunya wilayah tersebut dibandingkan dengan obyek wisata lain.
Diluar pengakuan masyarakat terhadap keindahan gunung kawi sebagai obyek wisata ternyata terdapat hal unik di dalamnya, yakni sebuah makam yang konon merupakan makam salah satu tokoh penyebaran Islam di wilayah tersebut yang terkenal dengan nama Eyang R.M. Imam Sudjono dan Kyai Zakaria yang kemudian akrab disebut dengan Eyang Sujo dan Eyang Jugo.
Tak banyak sumber sejarah yang meriwayatkan kehidupan beliau, salah satu sumber sejarah yakni berupa buku yang ditulis oleh Soeryowidagdo mengungkapkan bahwa beliau berdua merupakan pengikut pangeran Pangeran Diponegoro yang kemudian mengasingkan diri di wilayah kawi akibat tertangkap dan diasingkannya Pangeran Diponegoro. Kedua makam ini kemudian sering dikunjungi oleh umat islam untuk berziarah.
Diluar hal wajar tentu sangat asyik dan menarik untuk kita simak, bagaimana tidak pengunjung gunung kawi selain masyarakat dengan tujuan berwisata dan berziarah ternyata terdapat pula sebagaian orang yang berkunjung ke wilayah tersebut untuk sebuah lagi pesugihan. Percaya ataupun tidak percaya hal inilah yang santer dibicarakan oleh masyarakat luas.
Pesugihan Gunung Kawi dan Para Pelaku
Meskipun banyak orang yang tidak mempercayai hal seperti ini, namun pada kenyataanya masih ada orang-orang tertentu yang dengan sengaja mengunjungi tempat tersebut untuk melakukan ritual terkait dengan pesugihan gunung kawi. Meskipun demikian, perlu kita garis bawahi bahwa tidak semua pengunjung bertujuan untuk melakukan ritual di luar akal manusia tersebut, karena banyak pula para pengunjung yang datang benar-benar untuk berziarah guna mendekatkan diri pada Allah SWT dan mempertebal keimanan serta mengingat akan diri akan kematian yang hendak menjemput kita di suatu hari nanti.
Pada hari-hari tertentu seperti jumat legi yang diyakini sebagai hari dimana Eyang Jugo meninggal atau dalam bahasa jawa disebut dengan “geblak” menjadi hari yang sangat sakral dan padat peziarah berdatangan di makam Eyang Jugo. Selain hari tersebut konon tiap tanggal 12 tiap bulan suro dalam kalender jawa para pengunjung makam tersebut akan terlihat lebih ramai dibanging hari-hari biasa.
Selain para peziarah murni terdapat pula mereka yang dengan sengaja datang untuk melakukan sebuah ritual yang konon merupakan ritual pesugihan gunung kawi. Orang-orang tersebut biasanya melakukan ritual dengan mempersembahkan sesaji, membakar kemenyan/ dupa diiringi dengan meditasi di tempat tersebut dalam waktu tertentu, biasa hitungan jam maupun hari.
Sebagaimana makam-makam keramat pada umumnya terdapat juru kunci yang biasa membimbing dan memberikan informasi bagi para pegunjung. Inilah yang biasanya dijadikan oleh para pengunjung untuk membimbing mereka dalam melakukan ritualnya.
Konon dalam ritual pesugihan terdapat banyak syarat dan ketentuan dengan konsekwensi keberhasilan maupun kegagalan. Pada umumnya ritual yang biasa dilakukan yakni dengan mempersembahkan sesaji berupa minyak jafaron, minyak misik, apel, kembang setaman, nasi kuning, apel jin, dan lain sebagainya. Bahkan para laku ritual yang ekstrim akan menyajikan ayam cemani, burung gagak berwarna hitam, dll untuk mewujudkan keinginan mendapatkan pesugihan gunung kawi.
Entah dari mana sumber maupun nara sumber yang menyebutkan demikian di atas. Di samping hal tersebut para peziarah yang kerap mengunjungi makam di wilayah gunung kawi juga ada yang bercerita bahwa hal dan ritual semacam itu tidak lazim dilakukan di makam Eyang Jugo karena menurut pengalaman beliau peziarah yang dalam masyarakat sekitar kerap disebut dengan ngalap berkah biasanya tunduk dan patuh dengan ritual yang dipimpin langsung oleh para juru kunci makam tersebut.
Disamping hal tersebut memang terdapat kepercayaan pengunjung akan pohon yang berada di sekitar makan yang kerap disebut dengan pohon dewandaru. Dari pohon inilah yang kemudian diyakni memiliki fungsi sebagai penglaris dan mendatangkan rezeki. Konon daun dan buah pohon dewa ndaru ini kerap dijadikan sebagai benda tuah bagi para peziarah yang mempercayainya.
Daun dan buah pohon dewa ndaru yang bertuah yakni buah dan daun yang jatuh dengan sendirinya, biasanya benda tersebut oleh para peziarah diambil dan dibawa pulang untuk disimpan baik dalam rumah, dompet, maupun tempat-tempat tertentu. Mungkin karena ini pula yang kemudian kompleks pemakaman gunung kawi terkenal sebagai tempat mencari pesugihan gunung kawi.
Semoga uraian singkat mengenai pesugihan gunung kawi di atas dapat memberikan informasi dan gambaran kita terhadap tempat dan ritual yang biasa dilakukan oleh para laku pesugihan. Disamping hal tersebut tetaplah berpegang teguh dalam keimannan kita karena kita tidak tahu apakah kebenaran itu terdapat pada apa yang kita yakini atau justru pada apa yang kita acuhkan. Bagi penulis pribadi yang menganut ajaran islam tentu hal yang sah dan wajar berziarah ke makam siapa saja asal dengan niat dan tujuan serta tuntunan sesuai syari’at.
Subscribe by Email
Pesugihan Gunung Kawi Jawa Timur
4/
5
Oleh
Asyifa Indania